We are all travelers in the wilderness of this world, and the best we can find in our travels is an honest friend.
~ Robert Louis Stevenson
Perjalanan saya ke Sri Lanka dimulai saat tercetus ide untuk meliput negara pulau yang terletak di Selatan India ini. Tentunya ide mengunjungi Sri Lanka cukup membuat saya excited, namun disamping itu, saya pun bertanya-tanya, seperti apakah Sri Lanka itu? Dan, karena letaknya yang dekat dengan India, samakah Sri Lanka dengan negara tetangga di sebelah utaranya? Saya rasa, kedua pertanyaan ini umum dipertanyakan bagi orang yang belum pernah mengunjungi Sri Lanka dan akan terjawab dengan sendirinya dengan segala pengalaman yang akan didapat setelah berkunjung.
Seperti kata-kata Robert Louis Stevenson, penulis terkenal dari Amerika Serikat, hal yang terbaik dari sebuah perjalanan apabila kita menemukan seorang teman yang jujur. Tentu saja, di dunia modern sekarang ini, idiom di atas masih tetap berlaku dan bagi saya tidak ada yang terbaik bagi kunjungan pertama saya ke Sri Lanka dengan terbang bersama perusahaan penerbangan negara itu sendiri, SriLankan Airlines. Di perjalanan saya kali ini, SriLankan Airlines akan menerbangi saya mengunjungi Sri Lanka dan Maldives dari Singapura.
On My Way To Colombo
Bagi saya, sebagai seorang airlines enthusiast dan pernah bekerja di sebuah perusahaan penerbangan, pemilihan pesawat oleh sebuah perusahaan penerbangan menjadi salah satu kunci dari sebuah kenyamanan penerbangan. Dan, saat mengetahui SriLankan Airlines terbang dengan A330-200 atau A340-300 yang modern dari Singapura ke Colombo, terbayanglah sebuah penerbangan yang nyaman dengan SriLankan Airlines. “Kami menggunakan kedua pesawat Airbus modern ini yang dirotasi untuk penerbangan-penerbangan jauh ke Eropa dan Asia. Memang kedua pesawat ini terkenal dengan kenyamanannya dalam penerbangan dan sangat efisien dalam pengelolaannya sehingga dapat membawa penumpang lebih cepat sampai ke tujuannya,” seperti disampaikan oleh Niroshan Ranawake, Marketing Communications Officer SriLankan Airlines pada saya.
Udara di sekitar bandara internasional Changi berawan tebal dan hujan sepertinya akan segera turun, namun SriLankan Airlines 312 yang membawa saya bersama sekitar 200 penumpang lepas landas dengan mulus menembus udara yang tidak bersahabat. Tidak lama kemudian, kami tiba di cruising speed di atas Sumatera Utara menuju ke arah Barat Laut dengan tujuan Colombo.
Touching Down In Colombo
Sore baru saja menjelang ketika roda-roda A320-200 SriLankan Airlines 312 yang membawa saya dari Singapura tiba di landasan Bandaranaike International Airport. Angin Barat yang membawa musim hujan ternyata sedang membasahi daerah ini, namun tentu saja excitement saya mendarat di negara ini tidak pupus diterpa basahnya hujan dan awan gelap yang menaungi bandara internasional ini.
Welcome to Sri Lanka!
Visa On Arrival bagi pengunjung dari Indonesia akan dicap langsung di loket imigrasi. Dan, di sore itu Bandaranaike International Airport terasa sedikit sepi sehingga bagasi kami keluar dengan cepat dan akhirnya berjalanlah saya menuju papan nama penjemput kami yang telah menunggu di luar terminal.
First Thing First, Negombo!
Negombo terletak hanya sekitar delapan kilometer dari Bandaranaike International Airport dimana Ibu Kota Colombo berada sekitar 45 kilometer jauhnya. Bagi saya dan juga para pengunjung dari Indonesia, Negombo menjadi tempat yang nyaman untuk bermalam sebelum memulai beraktifitas di negara ini.
Kota kecil yang terletak di pantai Barat Sri Lanka ini terkenal sebagai kota resor pantai dengan jajaran resor-resor di sepanjang pantainya. Kota ini merupakan kota bersejarah ditandai dengan benteng kolonial VOC dan beberapa tempat peninggalan kolonial Portugis yang menarik untuk dikunjungi.
Kesan pertama saya, Negombo sama seperti Seminyak di Bali. Dengan jalan yang basah karena hujan, saya melewati serangkaian gereja-gereja dengan struktur bangunan kolonial di kiri kanan jalannya. Dan, tentu saja, toko-toko cinderamata dengan cahaya lampunya yang memendar di jalan yang basah. Sunggu sebuah pemandangan yang menarik sekali dan menjadi kesan pertama yang sulit saya lupakan.
Ketika negara tetangga India mengalami musim panas dengan suhu udara sekitar 37 derajat Celcius bahkan di malah hari, saya menikmati udara tropis yang nyaman dengan angin yang sepoi-sepoi di Sri Lanka.
Malam pertama yang menyenangkan bermalam di Jetwing Beach Hotel, sebuah resor yang indah anggota dari Small Luxury Hotels di Negombo.
On The Way To Sigiriya
Terus terang, saya tidak tahu apa yang akan saya lihat di Sigiriya dan perjalanan darat selama 4 jam dengan cuaca yang basah membuat saya sedikit berpikir. Namun, saat makan pagi dan bertemu dengan seorang turis dari Skotlandia yang sudah tinggal di Sri Lanka dua minggu lamanya dia berkata, “Sigiriya is amazing! It really is a wonderful site you can find nowhere else. It’s like a pilgrimage itself!”
Deretan pohon-pohon paremara atau pohon hujan menemani perjalanan kami. Di sepanjang jalan tampak kota-kota kecil sama seperti perjalanan darat di Pulau Jawa. Anak-anak berlari-lari, sekolah-sekolah, rumah-rumah, semuanya seperti layaknya apa yang ada di negara sendiri. Tidak ada jalan bebas hambatan di Sri Lanka, namun karena populasinya yang tidak sepadat Indonesia, perjalanan empat jam lamanya menjadi tidak terasa karena tidak adanya kemacetan.
Perhentian pertama kami adalah candi di dalam gua di kota Dambulla. Candi ini begitu menariknya karena merupakan salah satu tempat suci yang paling besar dan paling terawat di Sri Lanka dan menjadi World Heritage Site sejak tahun 1991. Ada lima gua yang dinding-dindingnya tampak lukisan mural yang berumur lebih dari 2000 tahun. Lukisan-lukisan ini menceritakan riwayat kehidupan Sang Budha dari sejak lahir. Komplek biara Budhis Dambulla masih berfungsi sampai sekarang sebagai tempat belajar calon-calon biksu dan biksuni.
Benteng Langit Sigiriya
Ketika dari jauh tampak sebuah batu besar yang menjulang ke langit, inilah pertama kalinya saya melihat Sigiriya dengan mata kepala sendiri. Saya tidak dapat membayangkan seperti apa kota yang disebut dengan nama benteng langit ini saat melihatnya dari brosur-brosur pariwisata, tapi ketika melihat dan mengunjunginya sendiri, tak ada kata lain selain kata takjub yang keluar dari mulut saya.
Di daerah inilah pernah terbentuk sebuah kota dan kerajaan dengan istana di atas batu cadas itu. Bekas peninggalan sebuah kota masih terlihat dengan jalur-jalur kolam airnya, taman-taman batunya, dan juga reruntuhan istana yang teletak sekitar 200 meter di puncaknya. Lebih dari 600 anak tangga perlu ditapaki bagi Anda yang hendak melihat puncaknya. Bagi saya, pikiran saya melayang 1500 tahun yang lalu, ketika istana ini masih berpenghuni. Bagaimana rasanya tinggal di puncak batu besar ini? Apa saja yang mereka lakukan? Bagaimana bentuk bangunannya? Bayangkan, dia istana ini terdapat taman dan kolam air untuk pemandian!
Benteng Langit Sigiriya merupakan situs peninggalan World Heritage yang paling menarik di negeri ini dan dikenal juga sebagai ‘keajaiban ke-delapan dunia’!
Sambil makan siang di Jetwing Vil Uyana resor dan menatap ke Sigiriya di kejauhan, saya teringat dengan kata-kata turis Skotlandia tadi pagi. “You have to see this place! It’s like a pilgrimage itself!”
Selepas Sigiriya, saya menuju kota perbukitan di kaki pegunungan Knuckles dekat Kandy. Di atas puncak perbukitan dengan pemandangannya yang indah terletak sebuah hotel yang paling terkenal bagi pasangan yang ingin berbulan madu di Sri Lanka. Malam ini, saya akan menginap di hotel Jetwing Hunas Falls. Air terjun Hunas yang indah terletak tak jauh dari hotel yang amat romantis ini.
The Sacred City of Kandy
Karena keterbatasan waktu, saya tidak lama mengunjungi kota yang dianggap suci oleh umat Budha ini. Kota ini sangat indah. Dikelilingi oleh perbukitan dan tampak pegunungan Knuckles di kejauhan.
i tempat ini lah terdapat relik gigi Sang Budha yang terletak di Kuil Gigi atau Temple of the Tooth. Kuil ini begitu terkenal di seluruh dunia karena menyimpat gigi Sang Budha yang diambil saat tubuh Sang Budha meninggal dan dikremasi.
Bagi saya, Kandy tampak seperti sebuah kota di Eropa. Dengan bangunan-bangunan kolonialnya dan Danau Kandy yang terletak di tengah kota, Kandy tampak layaknya kota di kaki pegunungan Alpen yang sedang menikmati musim panas.
Tentu saja, udara sejuk di perbukitan membawa berkah bagi daerah di sekitar kota ini. Di sinilah terletak areal perkebunan dan pabrik pengolahan teh yang terkenal. Siapa tidak tahu akan kenikmatan teh Ceylon! Tempat inilah yang menjadi pengekspor teh nomer tiga di dunia.
Meet Me In Colombo!
Perjalanan dari Kandy ke Colombo yang seharusnya hanya sekitar dua setengah jam menjadi lebih lama karena hujan besar dan pohon tumbang yang menutupi jalan tidak jauh dari lingkar kota besar ini. Dan, saat memasuki kota terbesar di Sri Lanka, mulailah kemacetan lalu lintas dimana-mana. Namun, Pak Bandar, pemandu wisata yang menemani saya, berkata kalau jarang sekali ada kemacetan yang parah kalau tidak ada sebuah kejadian yang benar-benar membuat macet. Melihat keadaan di sekitar saya, hujan dan pohon yang tumbang lah yang menjadi penyebab kemacetan ini.
Setelah berada sekitar tiga hari di kota-kota bersejarah, saya menanti kunjungan saya ke Colombo dengan sangat! Biar bagaimanapun, mengunjungi pusat perbelanjaan dan berbelanja adalah sebuah keharusan bagi orang Indonesia, bukan?
Saya suka akan kota ini. Gedung-gedung kolonial tampak berpadu dengan gedung modern yang menyatu dengan kehidupan urban. Belum lagi saya melihat kolam-kolam di tengah kota, laut lepas yang tampak di sepanjang distrik bisnis di Galle Road, menjadikan saya suka akan kesan pertama saya mengunjungi kota Colombo.
Ada apa di Colombo? Kota ini memiliki tiga buah kasino yang buka 24 jam, bermacam-macam tempat berbelanja dan ODEL. Tidak ke Colombo rasanya jika tidak mengunjungi pusat perbelanjaan ODEL yang terkenal itu. Semuanya ada di sini terutama pakaian dengan bahan linen dan katun halus yang terkenal dengan harga yang begitu menarik. Konon, dengan kualitas yang begitu tinggi, harganya dapat lebih murah dari harga FO di Bandung! Bayangkan! Banyak yang berkunjung ke Colombo dengan koper kosong untuk memborong berbagai macam pakaian dan kebutuhan sehari-hari di ODEL. Dan, jika Anda seperti saya pencinta teh, jangan lupa pula untuk memborong teh Dilmah dengan harga yang begitu murah. Ingin mencoba teh dengan rasa wiski? Saya sendiri masih membayangkan bagaimana rasanya teh seperti itu.
Pengalaman saya mengunjungi Sri Lanka selama empat hari ini memang terasa kurang, namun kesan pertama yang begitu indah saya dapatkan dari waktu yang hanya sedikit ini. Keramahtamahan dan senyum tulus penduduk Sri Lanka membuat saya ingin kembali ke negara ini. Dan, seperti banyak orang yang telah mengunjungi negara pulau ini, tidak ada pengalaman yang dapat mengenalkan Sri Lanka untuk pertama kalinya kalau bukan terbang dengan SriLankan Airlines. It’s the best way to fly.