Namanya ‘disco’ kan yah, pasti diiringi musik ‘jedang jedung’. Lha kalau judulnya Silent Disco dimana nikmatnya ya? Aneh kayaknya bergoyang tanpa irama musik menghentak yang terdengar. Tapi bagi yang penasaran, coba saja beberapa venue yang menyediakan Silent Disco di Bali.
Namanya ‘disco’ kan yah, pasti diiringi musik ‘jedang jedung’. Lha kalau judulnya Silent Disco dimana nikmatnya ya? Aneh kayaknya bergoyang tanpa irama musik menghentak yang terdengar. Tapi bagi yang penasaran, coba saja beberapa venue yang menyediakan Silent Disco di Bali.
Ternyata Silent Disco bukan sesuatu yang baru di luar negeri maupun di Indonesia. Bahkan idenya sendiri sudah tertuangkan dalam film fiksi ilmiah di Finlandia tahun 1969 berjudul Ruusujen Aika, "A Time of Roses", dimana terlihat para penikmat pesta menggunakan headset. Konsep ini juga digunakan oleh aktivis lingkungan hidup pada awal 90an, mereka menggunakan headphone guna mengurangi polusi kebisingan dan gangguan terhadap satwa liar setempat. Wah keren banget idenya ya…
Bedanya dengan disco biasa, Silent Disco “memaksa” pendengar musiknya langsung mendengarkan musik-musik pilihannya sendiri melalui Wireless Headphones, dimana menggunakan FM-Transmitter yang sinyalnya langsung diterima pengguna. Biasanya DJ-DJ yang tampil pun bersaing merebut perhatian pendengarnya. Silent Disco ini berguna saat festival musik di luar negeri agar kebisingan yang dibuat tidak terlalu mengganggu kepentingan umum.
Berbagai acara musik sudah mengadopsi konsep “Silent Disco”ini. Yang pertama adalah “Silent Gig” yang diselenggarakan pada Mei 2000 oleh ‘BBC Live Music’ di Chapter Arts Centre, Cardiff, dimana para pengunjungnya mendengarkan band, Rocketgoldstar, dan DJ-Dj terkenal melalui headphone.
Lalu pada tahun 2005, Glastonbury Festival juga menyelenggarakan event yang menggunakan wireless headset besar-besaran yang didukung oleh sebuah perusahaan Belanda bernama 433fm. Dan pada Agustus 2008, ‘a silent Battle of the Bands’ bahkan sukses diselenggarakan di The Barfly, Cardiff . Istilah 'Silent Disco' ternyata sudah diterima dalam Oxford Dictionary Online dan dimasukkan sejak February 2011.
Lalu bagaimana dengan di Indonesia? Apakah kita sebegitu-pedulinya dengan polusi kebisingan dan gangguan terhadap ketertiban umum atau bahkan satwa liar? Apapun alasannya, Silent Disco tetap merupakan sebuah entertainment yang unik dan layak dicoba saat Anda berlibur.
Silent Disco di Indonesia pertama kali diselenggarakan di Embassy Playground, Jakarta sekitar tahun 2008. Dan ternyata pada Tahun 2012 pun The Biggest Silent Disco telah diselenggarakan di 66 Beach, Bali bertajuk “Beach Party : Endless Summer” yang diramaikan oleh 32 DJ selama 12 Non Stop.
Nah sekalian saja ketika Anda ke Bali, coba cek beberapa tempat hiburan siapa tahu ada yang sedang menyelenggarakan Silent Disco. Beberapa lokasi yang pernah menyuguhkan Silent Disco adalah W Bali, menyelenggarakan Silent Disco dengan menampilkan 3 DJ + 3 gaya musik elektronik yang berbeda dan Brewers Beer Garden, Badung.
(AC/Foto : Dok. Istimewa)
Ternyata Silent Disco bukan sesuatu yang baru di luar negeri maupun di Indonesia. Bahkan idenya sendiri sudah tertuangkan dalam film fiksi ilmiah di Finlandia tahun 1969 berjudul Ruusujen Aika, "A Time of Roses", dimana terlihat para penikmat pesta menggunakan headset. Konsep ini juga digunakan oleh aktivis lingkungan hidup pada awal 90an, mereka menggunakan headphone guna mengurangi polusi kebisingan dan gangguan terhadap satwa liar setempat. Wah keren banget idenya ya…
Bedanya dengan disco biasa, Silent Disco “memaksa” pendengar musiknya langsung mendengarkan musik-musik pilihannya sendiri melalui Wireless Headphones, dimana menggunakan FM-Transmitter yang sinyalnya langsung diterima pengguna. Biasanya DJ-DJ yang tampil pun bersaing merebut perhatian pendengarnya. Silent Disco ini berguna saat festival musik di luar negeri agar kebisingan yang dibuat tidak terlalu mengganggu kepentingan umum.
Berbagai acara musik sudah mengadopsi konsep “Silent Disco”ini. Yang pertama adalah “Silent Gig” yang diselenggarakan pada Mei 2000 oleh ‘BBC Live Music’ di Chapter Arts Centre, Cardiff, dimana para pengunjungnya mendengarkan band, Rocketgoldstar, dan DJ-Dj terkenal melalui headphone.
Lalu pada tahun 2005, Glastonbury Festival juga menyelenggarakan event yang menggunakan wireless headset besar-besaran yang didukung oleh sebuah perusahaan Belanda bernama 433fm. Dan pada Agustus 2008, ‘a silent Battle of the Bands’ bahkan sukses diselenggarakan di The Barfly, Cardiff . Istilah 'Silent Disco' ternyata sudah diterima dalam Oxford Dictionary Online dan dimasukkan sejak February 2011.
Lalu bagaimana dengan di Indonesia? Apakah kita sebegitu-pedulinya dengan polusi kebisingan dan gangguan terhadap ketertiban umum atau bahkan satwa liar? Apapun alasannya, Silent Disco tetap merupakan sebuah entertainment yang unik dan layak dicoba saat Anda berlibur.
Silent Disco di Indonesia pertama kali diselenggarakan di Embassy Playground, Jakarta sekitar tahun 2008. Dan ternyata pada Tahun 2012 pun The Biggest Silent Disco telah diselenggarakan di 66 Beach, Bali bertajuk “Beach Party : Endless Summer” yang diramaikan oleh 32 DJ selama 12 Non Stop.
Nah sekalian saja ketika Anda ke Bali, coba cek beberapa tempat hiburan siapa tahu ada yang sedang menyelenggarakan Silent Disco. Beberapa lokasi yang pernah menyuguhkan Silent Disco adalah W Bali, menyelenggarakan Silent Disco dengan menampilkan 3 DJ + 3 gaya musik elektronik yang berbeda dan Brewers Beer Garden, Badung.
(AC/Foto : Dok. Istimewa)