Pada awalnya hanya rasa penasaran saja yang membawa kami berkunjung ke Phuket. Kenapa penasaran? Jawabannya adalah keingintahuan kami tentang pulau di Selatan Thailand ini dibanding dengan pulau Bali yang terkenal dengan keindahannya itu. Setelah mengunjungi Phuket, kamipun mendapatkan jawabannya.
Memang tidak ada penerbangan langsung menuju Phuket. Bila Anda menggunakan Thai Airways, maka Anda harus singgah di Bangkok, sebaliknya jika Anda terbang bersama Air Asia, LCCT di Kuala Lumpur lah yang akan menjadi tempat transit Anda. Tapi seperti kata orang Barat, flying is just half the fun.
Kata phuket tadinya dikira berasal dari kata Melayu bukit, tapi ternyata baru-baru ini ditemukan, kata phuket ternyata berasal dari bahasa Thai yang berarti “gunung perhiasan”, mungkin maksudnya adalah pulau yang penuh dengan keindahan.
The Day We Arrived
Mendarat di siang hari menjadikan waktu kami terbuang setengah hari. Untungnya perjalanan kami dari bandara ke Millenium Resort Patong Phuket tidak terkendala oleh macet di penghujung minggu tersebut, apalagi ketika memasuki area Pantai Patong yang terkenal dengan keramaiannya dan pasir putihnya. Di sinilah segala atraksi hiburan untuk turis dari manca negara berada. Bayangkan, penduduk pulau ini hanya berjumlah sekitar 370 ribu orang, tapi saat peak season, jumlah turis yang datang mengunjungi pulau ini dapat melebihi 550 ribu orang.
Tentunya bagi kami, pasangan dari Jakarta, menginap di Millenium Resort Patong Phuket menjadi daya tarik tersendiri. Hotel ini tersambung dengan Jung Ceylon Mall dan Carrefour terbesar di Phuket! Belanja adalah salah satu keharusan di Phuket.
Tentu saja masih banyak atraksi-atraksi menarik di pulau ini dari pada hanya berbelanja saja.
Sebelum malam berganti, kami akan menyaksikan Simon Cabaret Show yang terkenal dengan pertunjukkan yang dilakukan oleh transgender yang amat sangat menarik. Simon Cabaret Show menjadi atraksi yang tidak boleh terlewatkan jika Anda mengunjungi Phuket. Kami mendapatkan tempat untuk pertunjukkan jam 19:30 dan akan berlangsung selama dua jam,
Bukan Phuket namanya jika kota ini tertidur. Sambil menikmati suasana malam yang hiruk pikuk di Patong Beach Road, kami berjalan menuju Savoey, sebuah restoran yang sudah 20 tahun berdiri dan terkenal dengan menu hidangan lautnya.
Sekali lagi, tidak ada kata tidur untuk pulau atraksi-atraksi di pulau ini. Semakin malam, Pantai Patong terasa semakin hingar bingar. Apalagi ketika kami berjalan melewati Bang-La Road menuju hotel kami. Jalan dikhususkan untuk pejalan kaki setelah jam enam sore dan di kedua sisinya penuh dengan bar dan restoran yang hingar bingar. Turis-turis manca negara seakan berkumpul semua di jalan ini. Sebetulnya cukup menarik sekaligus menegangkan melewati jalan ini dengan segala hingar bingar, bau alkohol dan atraksi unik yang dapat kami saksikan di depan mata. Semuanya ini menjadi pengalaman sendiri bagi kami berdua.
Simon Cabaret Show, Restoran Savoey dan berjalan di Bang-La Road menjadi point of interests yang tidak boleh Anda lalui begitu saja jika mengunjungi Phuket.
The Second Day We Were In Phuket
Setelah sarapan pagi, kami pun berjalan menuju Pantai Patong melewati Bang-La Road kembali. Sungguh, pagi dan malam bagai bumi dan langit di kota ini. Bang-La Road yang begitu liar di malam hari menjadi seperti jalan yang sepi di pagi hari.
Pantai Patong cukup berbeda dengan Pantai Kuta. Jika di Pantai Kuta pasirnya berwarna abu-abu, maka di pantai ini hamparan pantai berpasir putih tampak di hadapan mata. Di sinilah bersama dengan penduduk kota dan turis-turis lainnya, kami menikmati berjalan pagi bersama. Semakin siang, semakin ramai pula turis-turis mengunjungi pantai ini untuk bersantai dan berjemur. Udara yang tadinya sejuk berubah menjadi panas searah dengan teriknya matahari yang semakin beranjak dan menjadikan pantai ini tampak menyilaukan mata karena pasirnnya yang putih itu.
Di saat inilah, saya dan pasangan saya beranjak kembali ke arah hotel untuk beberlanja di Jung Ceylon Mall. Thailand terkenal dengan kerajinan tangannya yang unik dan rapih. Cindera mata tersebut banyak tersebar di kios-kios di dalam mal yang menjadikan pasangan saya lupa akan waktu. Sementara sang pasangan berbelanja, saya pun menikmati kenyamanan Starbucks sambil menulis artikel ini.
Ada satu hal yang menarik di mal ini dengan banyaknya salon-salon fasial muka. Banyak sekali turis-turis asing yang mencobanya dan ketika saya bertanya apakah fasial ini sakit, sang pramuniaga yang tidak bisa berbahasa Inggris langsung menjawabnya NO. Entah apakah dia mengerti pertanyaan saya atau tidak. Tapi pasangan saya pun mencobanya selama satu jam.
Sore telah menjelang, saatnya tiba untuk menikmati Escentika Spa yang ditawarkan hotel pada kami. Berbagai terapi ditawarkan, mulai dari Thai Massage yang akarnya konon berasal dari salah seorang tabib yang menjadi teman Sang Buddah 2500 tahun yang lalu sampai dengan Kids Massage yang ditujukan untuk anak-anak. Saya memilih salah satu terapi bernama Indian Head Massage. Setelah selama 60 menit lamanya, saya merasakan betapa ringannya tubuh saya dan bersihnya pandangan mata saya. Pundak saya yang selalu terasa berat pun otot-ototnya menjadi relaks.
Malam ini akan kami lewatkan untuk bersantap malam dan menonton pertujunkkan di Phuket Phantasea di Teluk Kamal, sekitar 45 menit dari Pantai Patong. Pertunjukkan ini menjadi salah satu yang banyak menarik turis. Dengan kapasitas teater sebanyak lebih dari 3000 kursi, bayangkan bila teater ini terisi penuh.
Pertunjukkan Phuket Phantasea dimulai dengan makan malam bersama di restoran yang juga sanggup menampung lebih dari 3000 turis dengan hidangan menu Thai, internasional dan Jepang. Di sini, kami bertemu dengan beberapa pasangan Indonesia yang juga sedang berbulan madu di Phuket. Setelah makan malam, sekitar jam 8 malam, maka pintu teater pun dibuka. Tidak ada satupun pengunjung yang boleh membawa kamera termasuk telpon genggam yang berkamera. Semuanya harus dititipkan di tempat penitipan.
Dengan menampilkan sebuah pertunjukkan bergaya Las Vegas, Phuket Phantasea bercerita tentang sejarah berdirinya kerajaan Thailand secara kolosal melibatkan ratusan pendukung dan hewan hidup di panggungnya. Menarik sekali untuk ditonton.
Tentu saja, dengan aktivitas seharian dan terapi spa yang membuat tubuh menjadi nyaman, pertujukan selama dua jam tersebut menjadi agak susah untuk diperhatikan ketika kantuk datang menyerang.
The Day We Left Phuket
Pada awalnya tujuan dan maksud kami berkunjung singkat ke Phuket adalah untuk berbulan madu dan membandingkan pulau ini dengan pulau Bali. Tapi ketika kami mengakhiri kunjungan ini, kami tidak dapat menjawab pertanyaan yang kami buat sendiri. Masing-masing mempunyai daya tarik tersendiri. Masing-masing menawarkan atraksi manusia dan alam yang berbeda. Masing-masing mempunyai budaya dan kehidupan penduduknya yang berbeda satu sama lainnya. Satu-satunya jawaban yang dapat kami jawab adalah betapa beruntungnya kami dapat melihat dua pulau yang indah ini.
What To Do In Phuket
- Ada tiga pantai di Phuket yang terkenal: Karon Beach, Patong Beach dan Kamala Beach. Patong Beach seperti Pantai Kuta yang penuh dengan turis. Karon Beach sama dengan Nusa Dua Beach dan Kamala Beach sama dengan Pantai Jimbaran yang tenang.
- Jangan lupa untuk menyaksikan Simon Cabaret Show yang terkenal. Lebih baik mereservasi dahulu sebelum datang ke tempat pertunjunkan. Jam pertunjukkan 19:30 dan 21:30
- Phuket Phantasea cukup menarik untuk tidak dilewatkan. Harga tiket sudah termasuk makan malam dan karcis pertunjukkan
- Bang-La Road di malam hari cukup menarik untuk dikunjungi. Ajaklah teman, jangan berjalan sendiri jika tidak mau didatangi dan ditawari berbagai ‘servis’
- Pulau Phi Phi dan Phang Nga Bay hanya terletak sekitar satu jam dari Phuket. Kedua tempat bentukan alam ini memberikan pengalaman tersendiri untuk menikmati keindahan Phuket.
- Selalu lah berhati-hati terhadap keadaan di sekitar.