Mungkin nama ini sudah tidak asing lagi di telinga traveler, Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana (GWK), atas area yang berada di ketinggian 263m di atas permukaan laut ini renacananya akan dibuat sebuah patung Dewa Wisnu yang sedang mengendarai ‘kendaraannya’, yaitu Garuda.
Berlokasi di tanjung Nusa Dua, GWK menempati lahan seluas 4000m2 yang terdiri dari kolosal batu kapur. Terbagi beberapa area diantaranya adalah Taman Indraloka, yang berarti Surga. Area ke-2 adalah Amphitheatre, sebuah outdoor teater yang setiap harinya menggelar Tari Kecak. Terakhir adalah Tirta Agung, sebuah area luar ruang yang saat ini diletakkan potongan patung tangan Sang Wishnu. Proyek GWK ini diprakasai oleh I Nyoman Nuarta, seorang seniman patung Indonesia asal Bali.
Bicara soal GWK, artinya kita bicara soal Dewa Wishnu dan tumpangannya
Garuda. Jika kita tau Dewa Wishnu adalah dewa yang bertugas memelihara semua
ciptaan Brahmana. Sedangkan Garuda adalah burung yang digunakan dewa Wishu,
bagaimana bisa burung tersebut menjadi kendaraanya?
Dalam Kisah Mahabharata, tepatnya di bagian Kitab Adiparwa, cerita tentang Garuda ada dalam Kisah Garudeya. Bermula dari Begawan Kasyapa memiliki dua istri, yaitu Sang Kadru dan Sang Winata. Setelah sekian lama, mereka belum juga memiliki anak. Lalu Kasyapa memberikan 1000 telur pada Kadru dan 2 telur pada Winata. Telur milik Kadru menetas menjadi 1000 ekor ular sakti, dan milik Winata belum. Karena Winata merasa malu, lalu ia memecah satu telur tersebut. Keluarlah seekor burung kecil yang kemudian terbang dan menyatu dengan matahari, dan burung tersebut dinamakan Aruna (kusir dewa matahari). Telur yang tinggal 1 itu dijaga baik-baik oleh Winata.
Pada suatu hari Winata bertaruh dengan Kudra mengenai apa
warna kuda Uccaihsrawa. Winata kalah karena kecurangan Kudra, dan ia
harus menjadi budak Kudra serta anak-anakl Ularnya. Tibalah waktunya telur
Winata menetas dan menjadi Garuda – besar, gagah, bersinar, dan sakti. Garuda
yang meminta pertolongan dewa Wishnu menemukan cara menolong ibunya dengan
syarat ia menjadi wahana sang dewa. Di akhir cerita, Garuda bertindak sebagai
pahlawan, ia dapat mengembalikan air Amertha (air suci) yang dicuri Kudra kepada Dewa Wishnu, dan
akhirnya dapat membebaskan ibunya dari perbudakan Sang Kudra.
Mungkinkah kisah perjuangan Sang Garuda dalam membebaskan
ibunya mengilhami Presiden pertama Indonesia untuk menjadikannya sebagai
lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia? Bisa saja, kegagahan, keberanian,
dan kesetian Garuda kepada para Dewa, serta kecintaannya kepada sang ibu bisa
diartikan sebagai lambang yang tepat untuk wahana pembebasan Ibu Pertiwi
tercinta dari perbudakan para ular yang licik. So apa yang ada di pikiran Anda
saat berkunjung ke Garuda Wisnu Kencana?