KEKAYAAN TANA TORAJA

Inilah salah satu tempat terindah dan kaya di Indonesia yang menyimpan daya magis dalam kultur yang luar biasa, Tana Toraja
Saat Anda berencana untuk mengunjungi Tana Toraja, Anda harus bersiap untuk untuk terpesona dengan keindahan alam yang menakjubkan. Pemandangan alam yang cantik bukanlah satu-satunya daya tarik dari daerah ini, pada saat yang bersamaan, masyarakatnya telah mempertahankan kepercayaan dan tradisi mereka dalam siklus kehidupan yang kekal dan kematian di Bumi.

Untuk mencapai Tana Toraja, Kota Makassar adalah yang terdekat jika Anda menggunakan pesawat dari Jakarta. Dari kota ini perjalanan sejauh 130Km selama 8 jam melalui darat. Memasuki area Tana Toraja Anda akan disambut oleh pemandangan hamparan batu granit berwarna abu-abu, pegunungan biru dengan tanaman lebat yang hijau. 

Masyarakat Toraja sangat aktif dalam menjaga keasrian alam, mempertahankan kepercayaan serta tradisinya. Hal ini dikarenakan mereka percaya bahwa bangsawan Toraja diyakini keturunan dewa yang turun dengan tangga surgawi untuk tinggal di Bumi dengan alamnya yang indah ini. Masyarakat Toraja percaya bahwa tanah ini harus dipertahankan melalui ritual untuk merayakan mereka hidup dan yang telah mati, melekat saat musim tanam. Di Toraja kehidupan secara ketat dipisahkan dari upacara kematian.


Kunjungan di Tana Toraja, bisa dimulai dengan mengunjungi Puncak Lakawan yang lebih dikenal dengan nama Gunung Nona, dari atas pegunungan ini pemandangan yang disajikan sangat cantik, gugusan pegunungan berwarna kuning keemasan, bertabur semburat hijau dari semak dan pepohonan yang tumbuh di dindingnya, ditambah lagi langit biru terang, sungguh menakjubkan. Di sini, Anda bisa menginap, karena tersedia beberapa hotel dan losmen. Dari sini, Anda bisa melanjutkan perjalanan ke kota Rantepao yang merupakan salah satu pusat budaya Suku Toraja. Kota ini juga dilewati oleh Sungai Sa’dan yang merupakan sumber air bagi pertanian dan peternakan di Rantepao dan wilayah sekitarnya. 

Jika Anda datang ke Toraja tertarik pada keunikan budaya juga pada ritualnya yang berpusat pada upacara penguburan dan kuburannya, mengunjungi Londa, Lemo, dan Tampang Allo adalah yang paling cocok. Di tiga area ini terdapat pemakaman si dinding berbatu dan gua-gua yang dipenuhi peti mati dan tulang belulang manusia. Takut? Tidak perlu takut untuk ‘berziarah’ ke makam ini, asalkan saat berada di sini Anda tetap menjaga keutuhannya (jangan coba-coba mengambil apapun dari sini!). 

Lemo 
Dikenal sebagai Kuburan Tebing Batu, di kuburan ini, dapat disaksikan patung kayu manusia berukuran kecil (Tau-tau), patung-patung tersebut dianggap wadah dari roh orang yang sudah mati. Di waktu-waktu yang sudah ditentukan, pakaian yang dikenakan di patung-patung itu diganti melalui upacara Ma’nene yang artinya menghormat kepada orang tua. 


Londa
Salah satu gua makam paling popular sebagai tujuan wisata di Tana Toraja, berada sekitar 7 Km dari selatan Kota Rantepao. Untuk mencapai kuburan ini, Anda harus menuruni sejumlah anak tangga. Ada disarankan untuk membawa lentera atau senter untuk penerangan. Dari kejauhan, tampak tebing curam yang dirimbuni hijau pepohonan. Jika mata Anda jeli, Anda mungkin melihat peti jenazah berwarna cerah diselipkan di celah-celah dinding tebing. Di kaki tebing tinggi nan rimbun inilah, tersembunyi sebuah gua alam yang dijadikan makam. Udara sejuk pegunungan sangat terasa di sini, ditambah lagi atmosfer mistis akan mengundang bulu kuduk untuk berdiri bagi beberapa orang yang dapat merasakannya. Di sini, terdapat makam gantung yang sangat terkenal. Apa sih makam gantung itu? Sebenarnya adalah peti-peti mati (erong) yang disangga oleh kayu sedemikian rupa hingga peti-peti tersebut aman berada di atas tebing. Peti-peti tersebut adalah milik kaum bangsawan atau mereka yang memiliki kedudukan terhormat. Semakin tinggi posisi peti diletakkan, semakin tinggi derajat si jenazah. Selain itu, masyarakat Toraja juga percaya, semakin tinggi letak peti, semakin dekat jalan menuju nirwana. 

Kedalaman gua makam Londa hingga 1000m, dihiasi dengan stalaktit dan stalakmit. Di beberapa bagian, ketinggian gua hanya 1 meter saja, jadi Anda harus berhati-hati saat melangkah. Satu lagi yang perlu diperhatikan apabila Anda berkunjung ke Londa; Anda wajib memohon izin sebelumnya dengan membawa sirih pinang atau kembang.  

Di gua makam ini, terdapat banyak tulang dan tengkorak berserakan, meski demikian jangan coba-coba memindahkannya. Kebanyakan tulang belulang tersebut berasal dari peti mati yang jatuh karena rapuh, oleh karena itu, Anda perlu berhati-hati jangan sampai menginjak tulang dan tengkorak tersebut, apalagi memindahkannya.

Tampang Allo
Tampang Allo merupakan salah satu situs pemakaman tua di Tanah Toraja. Tempat pemakaman ini berupa gua yang berisikan peti mati tua dan tengkorak tengkorak para Bangsawan Toraja. Di dalam gua ini, kita dapat melihat Tau Tau, tengkorak,peti mati yang sudah berumur sekitar 200 tahun.  Di dalam gua ini, terdapat dua tengkorak yangdi kubrukan secara bersamaan. Menurut cerita nya, tengkorak ini di merupakan tengkorak dua kekasih yang tidak di restui oleh orang tua mereka  untuk menikah dan memilih untuk bunuh diri, seperti cerita Romeo dan Juliet ya. 


Suaya
Di  Suaya ada makam keluarga raja, sedangkan di dekat Sangala ada kuburan pohon bayi. Kepercayaan Toraja kuno meyakini bahwa bayi dan anak-anak yang mati harus dikubur di sebuah pohon, dimana pohon akan tumbuh di sekitar mayat.


Rambu Solo’
Jika Anda benar-benar ingin melihat upacara kematian, datanglah pada bulan Juni, Juli, atau Desember. Pada bulan-bulan ini, upacara adat kematian Rambu Solo’ banyak digelar. Ini adalah upacara penghormatan kepada yang telah meninggal. Pesta ini mulai berlangsung satu malam bahkan hingga tujuh malam dengan menyembelih berpuluh-puluh ekor kerbau dan babi bergantung strata sosial dalam masyarakat Toraja. Kerbau bagi masyarakat Toraja merupakan hewan kurban saat upacara kematian, di samping babi. Menurut kepercayaan, arwah kerbau menjadi sarana transportasi bagi arwah yang meninggal untuk menuju puya (nirwana), yaitu tempat peristirahatan yang terletak di selatan tempat tinggal manusia.


Desa Ke’te Kesu 
Sayang rasanya jika sudah berada di Tana Toraja, tidak mampir ke Desa Ke’te Kesu. Ini adalah desa asli suku Toraja. Berjajar rumah adat Toraja yang disebut Tongkonan. Tongkonan adalah rumah khas Toraja dengan atap mirip pelana atau mengingatkan kita pada tanduk kerbau. Atapnya terbuat dari bambu yang dibelah dan disusun bertumpuk, namun saat ini banyak juga yang menggunakan seng. Tongkonan memiliki strata sesuai derajat kebangsawanan masyarakat seperti strata emas, perunggu, besi, dan kuningan. Dinding rumah tradisional ini dihiasi pola abstrak dan geometris dengan warna hitam alami, merah, dan putih. Ke'te Kesu juga dikenal dengan ukiran bambu dan kerajinan tradisional. 

Tips saat berkunjung ke Tana Toraja 
  • Anda yang berkunjung ke tempat ini diharapkan berpakaian adat serta menghargai aturan adat istiadat masyarakat Toraja.
  • Saat berkunjung ke makam-makan, berhati-hati jangan sampai menginjak tulang dan tengkorak yang berserakan, apalagi memindahkannya. 
  • Perhatikan kepala Anda saat masuk ke rumah tradisional Tongkonan karena lorong-lorongnya yang rendah. 
  • Anda dapat membawa hadiah untuk mereka seperti rokok ketika memasuki Tongkonan.
  • Sebagian jalan tidak diaspal jadi gunakan mobil yang tepat, bahkan ketika cuaca baik antara bulan Mei dan Oktober.
  • Bemo yang merupakan alat transportasi setempat dan cara terbaik untuk berkeliling.

Teks&foto: berbagai sumber


Yuktravel ingin mengirimkan notifikasi promo menarik langsung ke perangkat Anda.

Lain kali